lawang sewu ada berapa pintu | Info Jateng Pos

Lawang Sewu Ada Berapa Pintu? Ternyata Kurang dari Seribu!

Kota Semarang Sejarah

Salah satu hal yang sering menimbulkan pertanyaan di benak pengunjung ketika datang ke ikon Semarang yang satu ini adalah, Lawang Sewu ada berapa pintu, sih, sebenarnya? Meskipun nama “Lawang Sewu” secara harfiah berarti “seribu pintu” dalam bahasa Jawa, faktanya jumlah pintunya jauh di bawah angka tersebut.

Keunikan bangunan ini membuatnya menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan. Selain menjadi saksi bisu sejarah masa kolonial Belanda, Lawang Sewu kini telah beralih fungsi menjadi museum dan objek wisata populer. 

Dalam artikel ini, Info Jateng Pos akan mengulas secara lengkap jumlah pintu lawang sewu yang sebenarnya, sejarah pembangunan hingga fungsinya pada era kolonial. 

Jumlah Pintu di Lawang Sewu

Meskipun nama “Lawang Sewu” berarti seribu pintu, jumlah sebenarnya tidaklah sebanyak itu. Berdasarkan penghitungan, jumlah lubang pintu yang sebenarnya dari bangunan lawang sewu adalah 928 daun pintu, bukan seribu. Banyaknya jendela besar dan pintu yang berukuran masif sering kali membuat kesan bahwa bangunan ini memiliki ribuan pintu. 

Jumlah pintu yang besar ini memang bagian dari arsitektur khas masa kolonial Belanda yang dirancang untuk menjaga sirkulasi udara agar tetap sejuk di dalam ruangan. Masyarakat setempat memberikan nama “Lawang Sewu” karena banyaknya pintu yang menghiasi gedung ini, meski angka sebenarnya tidak mencapai seribu.

Nah, kamu sudah tidak perlu penasaran lagi lawang sewu ada berapa pintu sebenarnya. Lalu seperti apa sejarahnya? 

Sejarah Pembangunan Lawang Sewu

Pembangunan Lawang Sewu dimulai pada tahun 1904 dan selesai pada tahun 1907. Gedung ini awalnya dibangun sebagai kantor pusat Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS), perusahaan kereta api swasta Belanda yang mengelola jalur kereta api pertama di Hindia Belanda. Pada tahap awal, pembangunan gedung A dan C dikerjakan oleh arsitek Prof. Jakob F. Klinkhamer dan BJ Ouëndag.

Seiring berkembangnya NIS, beberapa bangunan tambahan dibangun antara tahun 1916 hingga 1918. Gedung B dirancang oleh Klinkhamer dan Ouëndag, sedangkan gedung D dan E dirancang oleh arsitek Thomas Karsten, yang menjadi arsitek termuda yang terlibat dalam proyek tersebut. Kombinasi karya dari beberapa arsitek ini memberikan Lawang Sewu keunikan tersendiri, dengan sentuhan arsitektur kolonial yang disesuaikan untuk iklim tropis.

Pintu dan jendela besar yang banyak ditemui di Lawang Sewu dirancang untuk memastikan sirkulasi udara yang baik, sebuah fitur penting untuk mengatasi iklim panas dan lembab di Semarang.

Lawang Sewu pada Masa Pemerintahan Belanda

Selama masa kolonial Belanda, Lawang Sewu tidak hanya berfungsi sebagai kantor administrasi NISM tetapi juga menjadi simbol kemajuan transportasi di Hindia Belanda. Gedung ini sangat vital bagi perkembangan jaringan kereta api yang menghubungkan berbagai wilayah penting di Jawa.

Selain berfungsi sebagai kantor, Lawang Sewu juga dikenal dengan kecanggihan arsitekturnya pada masa itu. Misalnya, kaca patri yang menghiasi beberapa bagian gedung diproduksi oleh Johannes Lourens Schouten, menampilkan cerita kejayaan kereta api di masa itu. Simbol kemakmuran dan teknologi ini menunjukkan betapa pentingnya Lawang Sewu bagi koloni Belanda.

Sementara itu pada masa pendudukan Jepang, Lawang Sewu mengalami sejarah kelam sebagai lokasi penyiksaan dan eksekusi. Pada tahun 1942, gedung ini diambil alih oleh Jepang dan digunakan sebagai markas tentara serta kantor transportasi Jepang bernama Riyuku Sokyoku. Sejarah penyiksaan di Lawang Sewu begitu menyeramkan sehingga banyak orang percaya tempat tersebut menyimpan cerita mistis. 

Lawang Sewu Saat Ini

Saat ini, Lawang Sewu telah menjadi destinasi wisata di Semarang yang wajib dikunjungi jika datang ke kota ini. Setelah melalui berbagai upaya revitalisasi, gedung ini diubah menjadi museum yang memamerkan sejarah perkeretaapian Indonesia. Salah satu atraksi terbaru adalah Immersive Experience, di mana pengunjung dapat menikmati sejarah kereta api dalam format digital interaktif.

Tak hanya sebagai museum, Lawang Sewu juga sering dijadikan tempat untuk berbagai acara budaya, seperti konser musik, pameran, dan event cosplay. Fasilitas tambahan seperti toko souvenir, kafe, dan area foto dengan kostum juga tersedia bagi pengunjung. Lawang Sewu terus menarik ribuan pengunjung setiap hari, terutama pada akhir pekan dan musim liburan.

Demikian pembahasan mengenai lawang sewu ada berapa pintu. Semoga bermanfaat, ya! Dapatkan informasi menarik lainnya seputar bangunan sejarah di Jawa Tengah di Info Jateng Pos! 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *