Candi Borobudur berdiri sebagai salah satu keajaiban arsitektur dunia yang masih menyimpan banyak misteri. Banyak yang penasaran, bagaimana Candi Borobudur berdiri dengan megah di atas bukit?
Proses pembangunannya melibatkan teknik konstruksi yang sangat maju untuk zamannya, menjadikannya salah satu peninggalan Buddha Mahayana paling berharga di dunia. Ikuti pembahasan Info Jateng Pos mengenai sejarah pembangunan Candi Borobudur, fungsi Candi Borobudur, serta teknik konstruksi yang digunakan dalam artikel berikut ini.
Sejarah Pembangunan Candi Borobudur
Candi Borobudur dibangun pada abad ke-8 hingga ke-9 Masehi, pada masa pemerintahan Dinasti Syailendra yang menguasai Jawa Tengah. Pembangunan Candi Borobudur didirikan pada masa pemerintahan kerajaan Mataram Kuno, yang berpusat di wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta.
Borobudur dibangun sebagai tempat ibadah dan pusat ziarah bagi umat Buddha Mahayana, yang berkembang pesat di Nusantara pada masa itu.
1. Asal-usul Pembangunan
Borobudur didirikan di atas sebuah bukit yang dipilih dengan cermat, menghadap ke Gunung Merapi dan Gunung Merbabu.
Pemilihan lokasi ini bukan tanpa alasan, melainkan berkaitan dengan ajaran kosmologi Buddha dan keberadaan aliran sungai di sekitarnya yang melambangkan perjalanannya menuju Nirwana.
Struktur candi yang berbentuk stupa raksasa mencerminkan konsep mandala, yang menggambarkan alam semesta dalam ajaran Buddha.
2. Peran Dinasti Syailendra dalam Pembangunan
Dinasti Syailendra dikenal sebagai pendukung utama agama Buddha Mahayana di Nusantara. Mereka menginvestasikan sumber daya yang besar untuk membangun Borobudur, termasuk menggunakan tenaga kerja dari berbagai wilayah.
Para ahli menduga bahwa pembangunan candi ini melibatkan ribuan pekerja, mulai dari pemahat batu, tukang bangunan, hingga para biksu yang memastikan desainnya selaras dengan ajaran agama.
Candi Borobudur dibangun pada masa kerajaan Syailendra, yang memiliki pengaruh besar terhadap arsitektur dan budaya di masa itu.
3. Pengaruh Buddhisme dalam Arsitektur Borobudur
Setiap bagian dari Candi Borobudur sarat dengan ajaran Buddha. Struktur candi yang terdiri dari tiga tingkatan mencerminkan tahapan dalam perjalanan spiritual: Kamadhatu (dunia keinginan), Rupadhatu (dunia bentuk), dan Arupadhatu (dunia tanpa bentuk).
Relief yang menghiasi dinding candi mengisahkan berbagai cerita dari Jataka dan Lalitavistara, yang menggambarkan kehidupan dan ajaran Buddha. Sejarah Borobudur juga menggambarkan perjalanannya sebagai pusat spiritual yang memiliki daya tarik tersendiri bagi umat Buddha di seluruh dunia.
Fungsi Candi Borobudur
Candi Borobudur bukan hanya sekadar monumen bersejarah, tetapi juga memiliki berbagai fungsi yang erat kaitannya dengan kehidupan spiritual dan sosial pada masanya. Fungsi Candi Borobudur mencakup tempat ibadah, pusat meditasi, dan sarana edukasi bagi umat Buddha Mahayana.
Sebagai tempat ibadah, Borobudur menjadi pusat perayaan hari besar agama Buddha, seperti Waisak. Umat Buddha dari berbagai penjuru dunia datang ke candi ini untuk melakukan ritual pradaksina, yaitu berjalan searah jarum jam mengelilingi candi sambil merenungkan ajaran Buddha yang tergambar dalam relief.
Selain itu, fungsi Candi Borobudur juga mencakup aspek pendidikan. Relief yang ada di dindingnya menjadi sumber pembelajaran mengenai kehidupan Buddha, hukum karma, dan perjalanan menuju Nirwana.
Para biksu menggunakan relief ini untuk mengajarkan ajaran agama kepada murid-murid mereka, menjadikan candi ini sebagai universitas terbuka bagi umat Buddha.
Fungsi lain yang tidak kalah penting adalah sebagai pusat meditasi. Struktur candi yang menyerupai piramida berundak menciptakan suasana yang tenang dan mendukung konsentrasi spiritual.
Bagian puncak candi, yang melambangkan pencapaian tertinggi dalam ajaran Buddha, sering digunakan sebagai tempat untuk bermeditasi dan mencari ketenangan batin.
Teknik Konstruksi Candi Borobudur
Candi Borobudur dibangun menggunakan teknik konstruksi yang sangat maju pada masanya. Setiap elemen bangunan dirancang dengan cermat agar dapat bertahan selama berabad-abad tanpa menggunakan perekat modern seperti semen.
1. Material yang Digunakan
Borobudur dibangun dengan menggunakan batu andesit yang diambil dari sungai-sungai terdekat. Batu-batu ini dipotong dan dipahat dengan presisi tinggi agar dapat disusun secara erat tanpa perlu bahan perekat.
Konstruksi ini menunjukkan keahlian luar biasa dalam pengolahan material dan teknik pembangunan.
2. Teknik Penyusunan Batu Andesit
Teknik penyusunan batu di Borobudur mengandalkan metode interlocking atau penguncian antar batu. Setiap batu dipahat sedemikian rupa sehingga dapat saling mengunci dengan batu lainnya, menciptakan struktur yang kokoh dan tahan gempa.
Teknik ini juga memungkinkan candi untuk tetap stabil meskipun menghadapi berbagai kondisi cuaca ekstrem.
3. Sistem Interlock dan Struktur tanpa Semen
Salah satu keunikan Borobudur adalah sistem interlock yang memungkinkan batu-batu penyusun candi tetap kuat tanpa menggunakan semen atau perekat lainnya. Sistem ini terdiri dari beberapa metode penguncian seperti tipe ekor burung, alur dan lidah, serta purus dan lubang. Dengan teknik ini, candi tetap berdiri kokoh selama lebih dari seribu tahun.
Struktur dan Arsitektur Candi Borobudur
Candi Borobudur memiliki struktur yang dirancang dengan sangat cermat, mencerminkan filosofi ajaran Buddha dan keunggulan teknik konstruksi zaman dahulu. Bangunan ini terdiri dari beberapa tingkatan yang merepresentasikan tahapan dalam perjalanan spiritual manusia menuju pencerahan.
Setiap elemen dalam arsitekturnya memiliki makna mendalam dan dirancang untuk bertahan selama berabad-abad.
Relief dan Makna Filosofis
Relief yang ada di dinding Borobudur tidak hanya berfungsi sebagai hiasan, tetapi juga mengandung pesan moral dan ajaran agama Buddha. Kisah-kisah yang diukir di dinding candi menggambarkan perjalanan menuju kebijaksanaan dan pencerahan.
Kesimpulan
Candi Borobudur bukan hanya sekadar peninggalan sejarah, tetapi juga bukti kecanggihan teknik konstruksi dan filosofi ajaran Buddha yang mendalam. Dengan struktur dan arsitektur yang unik, candi ini tetap bertahan hingga kini dan menjadi salah satu destinasi wisata serta tempat ibadah penting di dunia.
Melalui berbagai teknik konstruksi tanpa semen dan sistem interlock yang inovatif, Candi Borobudur berdiri kokoh dan terus menjadi warisan budaya yang menginspirasi banyak orang.
Dengan segala keunikan dan nilai historisnya, Candi Borobudur tetap menjadi salah satu ikon budaya Indonesia yang harus dijaga dan dilestarikan.